Perayaan Natal pertama digelar di Mosul, Irak, setelah ISIS kalah

Perayaan Natal pertama digelar di Mosul, Irak, setelah ISIS kalah
Misa Malam Natal Hak atas foto EPA Image caption Misa Malam Natal kali ini merupakan misa pertama selama beberapa tahun terakhir di Mosul.

Untuk pertama kalinya selama beberapa tahun terakhir, pemeluk Kristen di kota Mosul, Irak, dapat merayakan Natal menyusul kekalahan kelompok yang menyebut diri Negara Islam (ISIS).

Di bawah kekuasaan ISIS, kegiatan keagamaan Kristen yang diadakan secara terbuka merupakan tindakan yang berbahaya dan amat sulit untuk dilaksanakan.

Oleh karenanya, banyak pemeluk Kristen melarikan diri dari persekusi di Mosul. ISIS juga tak segan-segan memaksa warga Kristen masuk ke Islam, membayar pajak atau berisio dibunuh.

Namun kondisi kini berubah setelah pasukan Irak mengalahkan ISIS di Mosul, Juli lalu. Pemimpin Gereja Katolik Khaldea Irak, Louis Raphael Sako memimpin Misa Malam Natal di Katedral Santo Paulus, Minggu (24/12).

Kepada BBC, ia mengatakan suatu keajaiban kini situasi memungkinkan bagi pemeluk Kristen dan Islam berdoa bersama-sama untuk memohon perdamaian.

Perdamaian di relung hati

Dalam misa, Pater Louis Raphael Sako menyerukan kepada puluhan jemaat yang hadir untuk mendoakan perwujudan perdamaian di Mosul dan di dunia.

"Pesan kami adalah pesan perdamaian. Yesus adalah pembawa perdamaian di Bumi, dan perdamaian ini merupakan tuntutan orang Kristen dan Muslim dan tuntutan setiap manusia. Tanpa perdamaian, tak ada kehidupan," katanya.

Hak atas foto EPA Image caption Meskipun ISIS berhasil dikalahkan di Mosul, situasi keamanan masih tegang.

"Pesan kami adalah setelah semuanya yang telah terjadi, setelah kemenangan besar yang kita capai melawan kelompok yaang menamakan diri Negara Islam dan kelompok-kelompok lain, kita semua harus memohon perdamaian, pertama-tama di relung hati kita masing-masing, sampai tercermin di luar hati," tambahnya.

Pater Louis Raphael Sako berharap warga Irak yang beragama Kristen, yang sebelumnya menyelamatkan diri dari persekusi ISIS, akan bisa kembali ke rumah-rumah mereka.

Selama perayaan Natal, aparat keamanan berjaga-jaga di luar gereja. Kendaraan lapis baja disiagakan di halaman Katedral Santo Paulus. Seakan mengingatkan bahwa gereja tersebut pernah menjadi sasaran serangan ISIS, kain putih digunakan untuk menutupi jendela yang rusak karena bom.

Membangun masjid

Sejumlah warga Muslim turut hadir dalam perayaan Natal di gereja, seperti Iman Khader.

"Kami dari komunitas Muslim dan hari ini kami sama-sama merayakan kesempatan meriah ini bersama saudara-saudara Kristen di Provinsi Nineveh dan di kota Mosul. Kami berbagi kebahagiaan dengan mereka. Dan saya berharap saudara-saudara kami dari komunitas Kristen yang mengungsi ke luar dari Irak akan kembali ke Mosul karena kami semua bersaudara dan kami bersatu."

Hak atas foto AMAR SALIH/EPA Image caption Jemaat saling berjabat tangan usai mengikuti Misa Malam Natal di Mosul.

Harapan positif juga disuarakan oleh Hossam Qahwaji dari komunitas Kristen di Mosul.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada saudara-saudara Muslim dan Kristen, anak-anak muda yang membangun kembali gereja ini. Kami sebagai umat Kristiani mengharapkan mereka membangun kembali masjid-masjid," ungkapnya.

Katedral Santo Paulus tercatat sebagai satu-satunya gereja yang masih berfungsi di Mosul, dan bisa digunakan lagi berkat bantuan para relawan, lapor kantor berita AFP.

Sebelum kekuasaan ISIS tahun 2014, sejumlah pemimpin gereja memperkirakan pemeluk Kristen di Mosul mencapai 35.000 orang.

Perang selama tiga tahun melawan ISIS di Irak dinyatakan berhasil oleh Perdana Menteri Haider al-Abadi awal bulan ini.

Dikatakannya, pasukan militer Irak telah berhasil menguasai secara penuh perbatasan Irak-Suriah.

Sejumlah wilayah di perbatasan kedua negara itu merupakan wilayah terakhir yang dikuasai ISIS.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.