Pahlawan Ajarkan Keteladanan dan Rela Berkorban

PONTIANAK – Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia Khofifah Indar Parawansa mengatakan, para Pahlawan pendahulu kita mengajarkan kepada kita keteladanan akan rela berkorban. “Bung Karno mengingatkan berkali-kali dalam berbagai pidatonya, bahwa kehidupan bernegara Republik Indonesia ini hanya bisa terwujud dan menjadi lebih baik dan maju kalau kita semua mau berkorban, mau memberi dan mau mengabdikan hidup untuk merawatnya,” kutip Mensos, dalam sambutan yang dibacakan Gubernur Kalbar Drs Cornelis, MH, Jumat (10/11), saat Upacara Hari Pahlawan Provinsi Kalbar di Halaman Kantor Gubernur Kalbar.
 
Bukan sebuah kebetulan tanpa penghayatan dan pemikiran yang mendalam ketika para pendiri republik menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama. Mengingat bahwa hanya dengan hadirnya spiritualitas didalam jiwa sebuah masyarakat, dengan Iman kepada Allah Yang Maha Kuasa, tiap-tiap orang rela mengorbankan dan memberi hidup dan jiwanya untuk tujuan kehidupan bersama.
 
Dalam semangat cinta tanah air, menjaga pusparagamnya dan kebhinekaan kita, para pendiri republik dan pahlawan pendahulu menuangkan sumbangan terbaiknya kepada kita semua. Pada 28 Oktober 1928, seluruh pemuda Indonesia meluluhkan ego-ego kedaerahan, kelompok, ras dan golongan untuk menyatakan dan berikrar sebagai satu tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia.
 
Ikrar kebangsaan inilah yang memberi spirit pengorbanan persatuan wanita Indonesia melalui Kongres Wanita Indonesia tahun 1928 selaras dengan perjuangan RA Kartini untuk memberi pendidikan modern dan kebangsaan bagi rakyat Nusantara sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan.
 
“Ikrar kebangsaan Indonesia inilah yang memberi semangat pada pemuda Wage Rudolf Supratman untuk memperdengarkan pertama kalinya sebuah lagu yang selanjutnya menjadi lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam pertemuan Sumpah Pemuda 1928,” jelasnya.
 
Dikatakannya, kesadaran keIndonesiaan ini pula yang menggerakkan seorang keturunan Tionghoa bernama Kwee Kek Beng yang menjadi pemimpin redaksi koran Sin Po. Pada saat kepemimpinan beliaulah, koran Sin Po menjadi koran pertama yang berani memuat teks lagu Indonesia Raya meskipun harus berhadapan dengan ancaman kolonial Belanda.
 
Keteladanan untuk membangun kebersamaan dan persatuan yang melampaui partikularitas ini pula yang menggerakkan Pemuda Kristen asal Ambon bernama Johannes Leimena untuk mengkonsolidasikan para pemuda Kristen lainnya, meninggalkan partikularitas menjadi satu  menjadi bagian dari Bangsa Indonesia.
 
“Semangat rela berkorban ini pula yang menggerakkan KH. Wahab Hasbullah pada tahun 1934 melahirkan syair menggetarkan Yaa ahlal Wathan[wahai patriot bangsa] yang dengan karya seni ini beliau mengisyaratkan sebuah fatwa penting bahwa kecintaan terhadap tanah air Indonesia adalah bagian dari iman!,” jelasnya.
 
Mensos juga mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk terus berjuang, bekerja, berkarya menjadi Pahlawan bagi diri sendiri, Pahlawan bagi lingkungan, Pahlawan bagi masyarakat maupun Pahlawan bagi negeri ini.

(Dr)

REKOMENDASI :

Antisipasi DBD, Dinkes Pontianak Fooging di Gang A...

Dibaca 12

Transmisi 150 Kv PLN Kembali di Hantam Kawat Layan...

Dibaca 47

Diduga Garap HL, PT.SISU Diadukan ke Kementrian Ol...

Dibaca 68

Pemerintahan Diminta Berikan Kepastian Hukum

Dibaca 31

Pemdes : Masalah Batas Desa Pinang dan Kampung Bar...

Dibaca 38

Batas Desa Sengketa, Kades Pinang: Setatus QUO Dul...

Dibaca 21

KPUD Sintang Sukses Gelar Gerak Jalan Sadar Pilkad...

Dibaca 27

Peringati Sumpah Pemuda, FKPPBM Kalbar Sumbang Kos...

Dibaca 24

Click to comment

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.