Voting Yerusalem: 'kemenangan politik' dunia Arab terhadap Amerika Serikat dan Israel

Voting Yerusalem: 'kemenangan politik' dunia Arab terhadap Amerika Serikat dan Israel
Warga Palestina Hak atas foto Reuters Image caption Warga Palestina menggelar protes di Haram al-Sharif, Kota Tua di Yerusalem, Jumat (22/12) untuk menentang kebijakan Presiden AS Donald Trump.

Tercatat 20 dari 22 anggota Liga Arab merupakan penerima bantuan keuangan atau bantuan militer Amerika Serikat, namun mereka tetap mendukung resolusi PBB yang menuntut AS menarik keputusan terkait Yerusalem.

Negara-negara Arab itu, termasuk Arab Saudi - sekutu dekat AS, mengambil langkah berani, padahal sebelumnya Trump sudah mengancam untuk menghentikan bantuan kepada negara-negara yang menolak kebijakannya itu.

Hasil pemungutan suara Majelis Umum PBB menyusul keputusan Trump yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, ternyata sesuai dengan yang diharapkan oleh para pendukung perjuangan Palestina.

Bagi Palestina, Yerusalem Timur adalah ibu kota negara mereka suatu saat nanti.

"Hari ini Palestina dan dunia Arab dihinggapi rasa sangat gembira dan rasa kemenangan politik terhadap Amerika Serikat dan Israel menyusul kemenangan suara cukup telak dalam voting kemarin (Kamis, 21/12) di forum Majelis Umum PBB," papar Mustafa Abdul Rahman, seorang wartawan di Kairo.

Pojokkan AS dan Israel

Di antara 128 negara yang mendukung resolusi, terdapat negara-negara Arab, termasuk anggota Liga Arab, padahal selama ini mereka mendapat bantuan keuangan dari Amerika Serikat.

Hak atas foto Reuters Image caption Seorang petugas perbatasan Israel mengarahkan senapan ke arah petugas medis Palestina setelah seorang pemrotes ditangkap di Ramallah, Tepi Barat.

Kemenangan politik di tingkat PBB ini, lanjut Mustafa Abdul Rahman, dapat dilihat dari judul-judul berita koran terbitan Jumat (22/12).

"Harian setengah resmi Mesir, Al Ahram, menurunkan berita dengan judul 'Dunia memihak kepada hati nuraninya terkait kota Yerusalem'. Judul berita utama di harian berbahasa Arab Al Hayat adalah 'Kota Yerusalem setelah hasil sidang Majelis Umum PBB semakin memperdalam pengucilan Amerika Serikat'".

'Punya hak bersuara'

Jika media di negara-negara Arab pada umumnya memojokkan Amerika Serikat dan Israel, komentar para pejabat dan pengamat di dunia Arab sepakat bahwa dunia lebih memihak kepada hati nurani daripada ancaman Amerika Serikat.

Hak atas foto Reuters Image caption Dubes Arab Saudi Abdallah Al-Mouallimi mengatakan Amerika Serikat keliru mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Hal senada juga dikatakan oleh Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallimi.

Ia mengatakan dunia mengirim pesan tegas bahwa Amerika Serikat keliru besar ketika membuat pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Dengan segala hormat, saya pikir Presiden Trump salah dalam mengeluarkan pernyataan seperti itu. Dan saya pikir, bahkan negara-negara yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat sekalipun mempunyai hak untuk membuat keputusan sendiri berdasarkan hak berdaulat," kata Abdallah Al-Mouallimi kepada BBC.

Arab Saudi merupakan salah satu dari 128 negara yang menyetujui resolusi PBB untuk menolak langkah AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Semua anggota Liga Arab, 20 dari 22 anggota penerima bantuan AS, juga menyetujui resolusi.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas sudah mengatakan rakyat Palestina tidak lagi akan menerima rencana perdamaian yang ditawarkan oleh AS menyusul keputusan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Ketika berbicara di Paris, Jumat (22/12) setelah berunding dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Abbas mengatakan AS membuktikan diri sebagai perantara yang tak jujur dan mengucilkan diri dari proses perdamian.

Hak atas foto Reuters Image caption Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan terima kasih kepada Amerika Serikat dan negara-negara lain yang menolak resolusi, termasuk Guatemala, Nauru dan Togo.

Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan, "Israel berterima kasih kepada Presiden Trump karena sikapnya yang tegas dalam mendukung Yerusalem dan terima kasih kepada negara-negara yang memberikan suara kepada Israel, kepada kebenaran."

Selain negara-negara Arab, Indonesia juga mendukung resolusi PBB untuk menentang pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, walaupun Amerika mengancam akan mencabut bantuan keuangan.

Empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Cina, Prancis, Rusia dan Inggris juga menyetujui resolusi.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.