PERINGATI HARI PAHLAWAN, JAMAAH WAHIDIYAH JAKARTA ZIARAHI MAKAM HAJI DARIP

makam h daripJamaah Wahidiyah Jakarta usai Mujahadah Waktiyah di Makam Pahlawan Betawi Haji Darip, Kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, Kamis (09/11/2017) malam.

Jakarta, Amunisi – Setelah menyelenggarakan Mujahadah Nisfussanah dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda (HPN) Ke-89, di Lapangan Sepak Bola Blok S, Kebayoran Baru, 28 Oktober 2017 lalu, Jamaah Sholawat Wahidiyah DKI Jakarta mengadakan Mujahadah Waktiyah dalam rangka menyambut Hari Pahlawan, Kamis (9/11) malam.

Ya, kala itu sejumlah pengamal Sholawat Wahidiyah DKI Jakarta menziarahi makam pahlawan Betawi Haji Darip, di pemakaman wakaf Ar-Rahman, Jalan Tanah Koja 2, Kelurahan Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur. Di batu nisannya tertulis, H. Darip Bin Kurdin Wafat 13 Juni 1981.

Bramasta koordinator ziarah makam pahlawan menyebutkan kegiatan tersebut rutin dilaksanakan tiap memperingati Hari Pahlawan. “Selain mendoakan pahlawan di pusaranya, kita juga meneladani perjuangan mereka. Semoga kita dapat meneruskan semangat mereka (pejuang) dalam menyintai dan  mempertahankan tanah air dari bermacam ancaman,” ungkap warga Duren Sawit itu, bersemangat.

Menurut Bram, begitu ia biasa disapa, sebelum mengunjungi makam tersebut pihaknya telah lebih dulu ijin kepada Haji Uung, salah satu putra pahlawan kemerdekaan tersebut, dan juga kepada juru kunci pemakaman wakaf Ar-Rahman.

Tiba di lokasi, suasana pemakaman di tengah perkampungan itu begitu khas. Sepi dan gelap. Kondisi rumah di sekitar begitu sepi, dan temaram. Di area makam, tidak tampak ada makam pahlawan yang dijuluki sebagai Panglima Perang Dari Klender itu. Maklum tengah malam Di ujung makam, dari pintu masuk makam, tampak dua peserta telah menunggu. Setelah semua kumpul, dimulai pembacaan doa dan hadiah Sholawat Wahidiyah untuk Haji Darip.

Haji Darip Sahabat Presiden RI Soekarno

Haji Darip Sahabat Presiden RI Soekarno

Bagi warga Klender, Jakarta Timur, nama Haji Darip tak asing lagi. Apalagi ketokohannya. Dia lahir di Klender tahun 1886. Nama aslinya Muhammad Arief. Haji Darip lahir dari pasangan H. Kurdin bin Run dan Mai. Haji Darip menimba ilmu di Makkah dan Madinah, Arab Saudi. Sepulang dari tanah Arab pada 1916, Bersama karibnya, Kiayi Mursyidi dan Kiayi Hasbiyallah berjuang lewat musala kecil. Musala ini tak jauh dari kediamannya di Klender. Kini, musala kecil itu telah berubah menjadi Masjid Al Makmur.

Sebagai guru ngaji, murid Haji Darip cukup banyak. Tak hanya sebagai pemuka agama, Haji Darip dikenal jago silat. Dia disegani baik kawan maupun lawan. Wilayah kekuasaan Haji Darip mulai dari Klender hingga Bekasi. Penjajah Belanda dan Jepang paling takut lewat Klender.

Diketahui, Haji Darip juga pernah bergerilya bersama Soekarno di masa memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Mereka berjuang melalui jalur ‘bawah tanah’ di kawasan Cilincing dan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Baik zaman Belanda maupun Jepang, Haji Darip tetap berjuang di jalur perang dan dakwah.

Ketika Jakarta dikuasai serdadu NICA Belanda yang mendompleng tentara sekutu, Haji Darip dan kawan-kawannya itu hijrah ke pedalaman Cikarang – Karawang – Purwakarta dan membentuk BPRI (Barisan Pejuang Rakyat Indonesia). Dari tempat persembunyiannya, dengan pangkat Letnan Kolonel Tituler — ia bermarkas di Purwakarta dan menyususn strategi melawan NICA.

Tidak sulit mengumpulkan para pejuang muda untuk ikut berjuang bersamanya. Selain menggandeng tokoh masyarakat dan jawara-jawara Klender, Haji Darip juga merangkul bandit-bandit yang dia taklukkan. Itu sebab, Haji Dari dijuluki Panglima Perang. Di kemudian hari, dijadikan pahlawan oleh rakyat Jakarta, khususnya Klender.

Tahun 1948, setelah selama tiga tahun tidak henti-hentinya melawan pasukan Belanda, ia pun tertangkap. Kemudian dibawa ke Jakarta dan dipenjara di rumah tahanan Glodok (kini merupakan bagian dari pertokoan Harco). Lebih dari setahun ia mendekam di penjara Glodok, sebelum akhirnya dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan akhir Desember 1949.

Sewaktu dia masih memimpin pergerakan dari Klender, banyak para pemimpin yang datang kekediamannya, seperti Sukarni dan Pandu Kartawiguna. Kedua tokoh Partai Murba menjelang 17 Agustus 1945 menyatakan kepadanya bahwa sebentar lagi Indonesia akan merdeka, dan mereka membicarakan pengusiran orang Jepang. Sejumlah tokoh masyarakat mengetahui bahwa Jepang sudah menyerah setelah di bom sekutu pada 6 Agustus 1945. “Kemudian saya panggil buaye-buaye sini. Dari mana-mana dari hutan-hutan juga (60 tahun lalu Klender masih merupakan perkampungan dan perkebunan), Mereka datang atas panggilan saya. Saya bicarakan soal pengusiran orang-orang Jepang,” ujar Haji Darip seperti dikutip sebuah harian yang terbit tahun 1950.

Tentara Jepang yang ada di Pangkalan Jati, Pondok Gede, hingga Cipinang Cempedak berhasil diusir. Menariknya, sumur-sumur di sekitar Klender tak bisa diminum airnya. Lantaran, airnya berwarna merah. Rupanya, banyak juga mayat tentara Jepang dibuang ke sumur-sumur itu. “Dulu itu Kali Sunter warnanya juga merah karena banyak tentara Jepang dibunuh dan dibuang di situ,” kata Haji Uung, salah satu anak Haji Darip, seperti dikutip merdeka.com.

Dalam situs generalismoklender1945.blogspot.co.id, terlihat foto-foto tokoh menziarahi makam Panglima Perang Asal Klender Haji Darip. Seperti Anies Baswedan dan Sylviana Murni, ketika masa pilkada DKI Jakarta. Setelah Jokowi berziarah, tak lama tokoh-tokoh PDIP juga berziarah. Tampak juga foto Wiranto sedang berziarah dan berdialog dengan warga setempat.

Dalam situs generalismoklender1945.blogspot.co.id, terlihat foto-foto tokoh menziarahi makam Panglima Perang Asal Klender Haji Darip. Seperti Anies Baswedan dan Sylviana Murni, ketika masa pilkada DKI Jakarta. Setelah Jokowi berziarah, tak lama tokoh-tokoh PDIP juga berziarah. Tampak juga foto Wiranto sedang berziarah dan berdialog dengan warga setempat. al/pur

(Visited 2 times, 3 visits today)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.