Tambang Beroperasi, Nelayan Konut Gantung Jaring

HELMIN TOSUKI/KENDARI POS
Perairan Mandiodo yang kini sudah tercemar akibat aktivitas pertambangan di kawasan tersebut. Nelayan kini tak dapat lagi mencari ikan di sekitar pantai itu.

KENDARIPOS.CO.ID — Kehadiran kegiatan pertambangan di Desa Mandiodo, Kecamatan Molawe membuat sejumlah nelayan di wilayah itu harus gantung jaring. Pasalnya, ekosistem dan biota laut yang menjadi sumber penghidupan nelayan di desa itu telah dirusak akibat aktivitas pertambangan. Dampak itu dirasakan betul oleh Rumang (49), warga Desa Mandiodo Kecamatan Molawe. Ia sudah sulit memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari mencari ikan.

“Sekarang kalau kita melaut harus keluar sampai di Sulawesi Tengah. Jika hanya mengharap laut di Perairan Mandiodo sudah sulit dapat ikan,” keluh Rumang, minggu (5/11). Ayah tujuh anak ini bercerita, sebelum desanya dimasuki investasi pertambangan, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga tinggal membuang jaring di pinggir pantai yang berjarak satu meter dari rumahnya.

Hasilnya pun memuaskan. Namun untuk saat ini sudah sulit untuk mendapatkan ikan segar. Kondisi lingkungan air laut yang tercemar menjadi penyebab ikan mencari lingkungan yang bersih. “Saya masih ingat sekitar tahun 2007, waktu belum ada tambang. Kita buang jaring sepanjang pinggir pantai sudah ada hasil. Dulu sering buang jaring tiga kali sehari. Hasilnya lumayan banyak bisa dapat Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu perhari. Tapi sekarang kalau kita melaut untung-untung ada hasil. Itu laut kelihatan jernih, tapi kalau buang jaring baru diangkat, jadi kemerahan jaringnya,” sambungnya.

Rumang, merupakan salah satu dari 20-an nelayan yang masih mempertahankan profesinya. Keinginan Rumang untuk bekerja disektor pertambangan diakui tak ada sama sekali. Dirinya hanya pasrah dengan kondisi alam yang telah merubah wilayahnya dengan hiruk pikuk aktivitas tambang.

“Bantuan dari perusahaan tambang tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan. Setiap ada pertemuan baik dengan perusahaan maupun pemerintah kami selalu mengusulkan untuk bantuan alat tangkap. Tapi itupun juga sulit direalisasikan,” keluhnya. Mewakili nelayan Mandiodo, Rumang tak banyak meminta. Namun dirinya berharap pemerintah dan pihak perusahaam memikirkan keberlangsungan hidup nelayan.

Kaur Pemerintahan Desa Mandiodo, Basman mengaku jika sebagian besar masyarakat di wilayah itu banyak yang bekerja disektor pertambangan. Pasca tambang henti, warga kembali melaut, bahkan ada sebagian yang bekerja sebagai pencari kayu. (b/min)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.