Penyebab Kematian Paling Mengerikan

Penyebab Kematian Paling Mengerikan

KENDARIPOS.CO.ID — Kematian adalah suatu hal yang pasti dan takdir setiap makhluk hidup. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan dan bagaimana seseorang meninggal dunia. Meski begitu, ada beberapa penyebab kematian di Indonesia yang paling umum terjadi.

Beberapa di antaranya bahkan bisa dicegah dengan langkah pencegahan yang tepat. Dalam keterangan tertulis hellosehat.com, Senin (20/11) sedikitnya ada lima hal mengerikan yang paling banyak menjadi penyebab kematian di Indonesia.

Penyakit Kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler adalah golongan berbagai penyakit yang terkait dengan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Masalah jantung lainnya meliputi angina dan aritmia.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 milik Kementerian Kesehatan, dari seluruh angka kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskuler, 7,4 juta (42,3 persen) di antaranya disebabkan oleh PJK dan 6,7 juta (38,3 persen) lainnya disebabkan oleh stroke. Kasus penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, dan stroke di Indonesia diperkirakan lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan masing-masing kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun, dan 65-74 tahun. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengendalikan tekanan darah dan kolesterol selalu dalam batas normal lewat gaya hidup sehat dan aktivitas fisik rutin.

Diabetes
Diabetes atau kencing manis merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kelainan metabolik akibat dari kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau bisa juga karena kurangnya respons tubuh terhadap insulin, atau bisa juga akibat dari adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin.

Kondisi itu menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan fungsi dari berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, pembuluh darah, dan jantung. Diabetes dikenai sebagai “silent killer” karena sering tidak disadari gejalanya dan baru diketahui saat sudah terjadi komplikasi. Data Riskesdas, jumlah orang di Indonesia usia 15 tahun ke atas yang memiliki diabetes hingga tahun 2013 mencapai 12 juta jiwa. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dari jumlah populasi penderita diabetes tahun 2007.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Penyakit saluran pernapasan bawah kronis adalah kumpulan penyakit paru-paru yang menyebabkan penyumbatan aliran udara dan masalah terkait pernapasan, terutama PPOK juga bronkitis, emfisema, dan asma. Angka kasus asma secara nasional diperkirakan lebih banyak ditemukan pada perempuan. Sementara itu, kasus PPOK lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

Sekitar 80 persen kematian di Indonesia akibat PPOK dapat dikaitkan dengan kebiasaan merokok. Risiko penyakit paru kronis dapat ditekan dengan berhenti merokok, menghindari asap rokok, polusi udara, asap bahan kimia dan debu. Pencegahan dan pengobatan dini dapat membantu menghindari kerusakan paru serius, masalah pernapasan serius, hingga bahkan gagal jantung.

TBC.
Tuberkolosis atau yang lebih dikenal dengan sebutan TBC merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke tubuh melalui pernapasan. TBC bisa ditularkan lewat udara yang sudah terkontaminasi saat penderita TBC batuk atau meludah/membuang dahak sembarangan. TBC paling sering menyerang paru-paru. Akan tetapi, penyakit ini juga bisa menyebar ke organ tubuh lainnya.

Penyakit TBC merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV, sehingga harus ditangani dengan serius. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014, kasus TBC di Indonesia mencapai satu juta kasus dan jumlah kematian akibat TBC diperkirakan lebih dari seratus ribu kasus setiap tahunnya. TBC bisa disembuhkan secara total, asal pengidapnya mengikuti semua petunjuk dokter dan minum obat sampai tuntas. Terapi dan pengobatan TBC biasanya memakan waktu setidaknya enam hingga sembilan bulan.

Kecelakaan.
Data Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa angka kasus cedera secara menyeluruh di Indonesia adalah 8,2 persen. Angka ini meningkat cukup tinggi jika dibandingkan dengan data tahun 2007 yang melaporkan jumlah kasus cedera nasional sebanyak 7,5 persen. Wilayah dengan kasus cedera terbanyak adalah Sulawesi Selatan (12,8 persen) dan terendah di Jambi (4,5 persen). Tiga jenis cedera yang paling banyak dialami orang Indonesia adalah luka lecet/memar, terkilir, dan luka robek.

Penyebab cedera terbanyak adalah jatuh (49,9 persen), yang disusul dengan kecelakaan sepeda motor (40,6 persen). Kasus cedera akibat jatuh lebih sering ditemukan pada penduduk umur kurang dari 1 tahun, perempuan, tidak bekerja, dan berada di pedesaan. Sementara itu, cedera akibat kecelakaan bermotor paling banyak terjadi pada umur 15-24 tahun, laki-laki tamatan SMA dengan status pegawai. (JPG)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.